kita cukup memberi apresiasi kepada JOKOWI yang sudah merealisasikan JANJI KAMPANYE nnya melalui penerbitan kartu sehat untuk warga jakarta.
tentu dalam benak JOKOWI pada saat itu, jika warganya sehat, maka warganya bisa bekerja dengan produktif dan bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.
persoalan muncul ketika dihadapkan kepada OPTIMALISASI PELAYANAN di puskesmas/ rumah sakit yang dirujuk.
sebelum dikeluarkannya kartu sehat, mungkin saja pihak puskesmas/ rumah sakit menerima pasien GRATISAN tidak sebanyak setelah dikeluarkannya KARTU SEHAT, sehingga dengan STYLE YANG BIASA-BIASA saja dokter dan paramedis bisa menghandle pasien GRATISAN yang datang.
namun setelah membludaknya jumlah pasien pasca dikeluarkannya KAARTU SEHAT, dokter dan para medis sudah mulai kewalahan untuk menghandle SILAHTURAHMI nya para pasien KARTU SEHAT.
tidak jauh dari JAKARTA, rumah sakit di klaten 100% menerima pasien ASURANSI termasuk dari ASKESKIN dan JAMKESMAS, namun rumah sakit tersebut dapat secara optimal melayani pasien yang datang dengan standar pelayanan yang sama untuk seluruh pasiennya.
di JAKARTA kita ragu Dokter dan paramedisnya memiliki STYLE seperti rumah sakit di KLATEN Jawa Tengah, di tengah "MENTAL JAKARTA" yang "TRANSAKSIONAL", ada duit gue ladenin, kaga ada duit NTAR DULU.
mudah2 an waktu jokowi lounching sudah kepikiran soal mental transaksional ini.
Komentar
Posting Komentar